Mentari pagi begitu cerah,
hari ini 11 januari, tak terasa
usiaku sudah
menginjak 26 tahun dan aku belum
menikah, hehe.. usia yang sudah tak muda
lagi bagi para perindu Sunnah
Rasulullah SAW, iya Beliau berusia 25 tahun
waktu menikahi Khadijah Al-Kubro.
Pagi ini, dengan senyum sehangat
mentari, aku sudah siap menjalani rutinitas
biasa, tetap semangat pemuda!! "اجلبال هتدم الرجال مهة"
semangat pemuda
mampu menghancurkan gunung!!” haha
gunung apaan ya?
Memang aktifitas yang sama belaka
setiap hari membuat kita lupa mensyukuri
kebesaran Allah yang terjadi setiap
pagi, seperti matahari terbit..
“Lalu Giyas!!” Terdengar suara setengah
berteriak,
“Iya Ummi”
“Ayok keluar, jangan ngurung diri terus dikamar!,
sarapan sudah siap!”
seperti biasa Ummi selalu mengawali
hari dengan “mengomel” haha, mungkin
memang begitu cara beliau
menyayangi,
“makanya cepat carikan ummi menantu! Biar ada
yang mengurusi kamu, ummi
juga sudah gak sabar menimang cucu”
“Iya ummi”
aku tersenyum dalam hati, aku hanya
menjawabnya singkat seperti biasa
untuk menghindari omelan ummi yang
makin memanjang dan melebar kalo
diladeni, seperti hari hari
sebelumnya..
“Ummi, giyas berangkat dulu ya? Assalamualaikum
wr wb..” akupun berangkat
setelah menyalami beliau,
Dalam perjalanan ke kantor, aku
seakan memikirkan kata-kata ummi tadi pagi,
tapi aku yakin jodohku telah diatur
oleh sang Maha Pengatur, yang harus
kulakukan hanya berikhtiar, berdo’a
lalu tawakkal.
Assalamualaikum Wr Wb..
“Ia menyapaku ramah”
Wa’alaikumussalam Warohmatullahi
Wabarokatuh” akupun menjawab tulus
salamnya, walaupun cuman lewat dunia
maya,.
Dekapan ukhuwwah memang tak hanya di
dunia nyata, karna islam adalah
Rahmat bagi seluruh alam..
Aku jadi tersenyum sendiri, aku
sudah lama mengenalnya, namanya “mentari”
seorang akhwat yang berada sangat
jauh yang mungkin takkan pernah bisa aku
lihat secara lansung.
“Kak boleh minta tolong?, beliin mentari nasi
goreng..”
Hehe.. aku tersenyum dalam hati, ia
selalu bisa membuatku tersenyum,
“Iya dik mentari, OK.. nanti kakak kirimin via
malaikat jibril haha”
Subhanallah, indahnya “ukhuwwah
islamiyah”, persaudaraan yang dibangun
dalam dekapan kecintaan hanya kepada
Allah..
Hari berikutnya mentari pagi kembali
memendarkan cahaya keemasan,
membuatku tak pernah merasa sendiri,
“matahari juga sendiri” fikirku, tapi ia
tetap memancarkan cahaya bagi
seluruh isi bumi, aku buka emaiku, “Iya,
mentari yang lain ternyata mengirimi
aku sebuah “Do’a”, aku sedikit
penasaran, apakah isi do’anya?
biasanya ia hanya mengirim Tugas, hehe
Amiin..!! Subhanallah.. indahnya
bermunajat kepada-Nya..
Aku hanya tersenyum sendiri.. aku
jadi bersemangat beraktifitas pagi ini,
“senyumu dihadapan saudaramu adalah shodaqoh” تبسمك ىف وجه اخيك صدقة
aku jadi teringat mentari, apa aku
dapat melihat senyumnya? Apa aku dapat
melihat keceriaan di wajahnya? Wahai
Dzat yang Maha menyinari, Sinarilah
hati kami dengan Cahaya diatas
Cahaya..
Ku kirimkan sebuah puisi untuknya,
semoga bisa mewakili perasaanku saat ini
Terimakasih pusinya kak “senyumnya
mengembang” boleh adik simpan?
“Iya dik” disimpan dihatinya juga boleh, hehe
“Adik ingin cerita sesuatu, apa kakak mau
mendengarnya?”
Adik sebenarnya telah di khitbah,
semua keluarga sudah setuju, mentari tidak
bisa menolaknya, tari mohon masukan
dari kak giyas..
“Ikuti kata hatimu dik” Istikharoh, Insya’allah,
apapun petunjuk dari-Nya, itulah
yang terbaik..
Walau kakak tidak akan pernah bisa
melihat senyum dibalik hijabmu, pesan
kakak, jadilah mentari yang
cahaya-nya tak mampu terhijab oleh apapun,
cahaya mentari yang memberi manfaat
kepada seluruh alam, tetaplah
tersenyum dibalik hijab syar’i-mu,
walau keindahan senyum itu hanya dicatat
sebagai pahala oleh para Malaikat
dilangit. Kakak menyayangimu dengan
segenap pengharapan dan do’a, semoga
Allah mempersatukan kita kelak
dibawah naungah Haromain..
*****
Assalamualaikum Wr Wb..
CARAKU MENJAGA CINTAKU
Inilah cara terbaik mencintaimu.
Aku mencintaimu dengan menjauh
darimu,
Bukan karena aku membencimu,Dibalik
Hijab Mentari
Justru karena aku sangat
mencintaimu,
Dan aku ingin menjagaku juga
menjagamu,
Menjaga tulusnya hatimu, juga
menjaga kesucian hatiku.
namun ku tahu ini pilihan terbaik
agar kita tak terlalu saling mengharap.
Karena berharap hanya pantas pada
Sang Pemberi Nafas,
Karena berharap hanya pantas
digantungkan pada Sang Pengatur Detak
Jantung,
Biarlah ku hanya bisa menyapamu
lewat senandung do'a,
Agar Untukmulah segala kebaikan,
Agar bersamamulah segala keindahan.
Dan ini adalah usahaku mencintaimu.
Dengan tak menghubungimu,
Mungkin ini tak biasa, Tapi bagiku,
Inilah caraku mencintaimu,
Dalam diamku,
Dalam ketulusanku,
dalam kesucianku,
dalam cara tak biasaku,
Meski sulit, Meski berat,
Meski sakit untukku,
PadaNya kutitipkan hatimu..
“Maafkan Mentari Kak”
*****
Assalamualaikum Wr Wb..
“Kak giyas” adik
ingin melihat kakak untuk yang terakhir kalinya.. Kakak datang ya di “Walimatul
‘Ursy” nya adik..